Buah Kesabaran

Muhammad Daud Hakim, adalah salah satu santri di Pondok Pesantren Al-Manhaj. Ayahnya bernama Ahmad Solihin ia adalah seorang petani dan ibunya bernama Siti Fatimah ia  adalah seorang pedagang gorengan keliling. Daud adalah anak pertama dari tiga bersaudara adiknya bernama Siti Zahra dan Yusuf Akbar. Mereka hidup dari hasil jerih payah kedua orang tuanya.
Dulu sebelum Daud mondok ia pernah bercita-cita untuk melanjutkan sekolah ke kota. Namun ekonomi keluarganya tidak menjamin cita-citanya itu. Padahal ia bermimpi menjadi seorang pengusaha sehingga dapat mengangkat ekonomi keluarganya. Tapi sayang ia harus mengubur dalam-dalam mimpinya itu.
Daud adalah anak lelai remaja yang berkepribadian baik bijak, sopan dan santun, bertanggung jawab terhadap apa yang diamanatkan kepadanya, suka menolong sesama, dan taat terhadap aturan yang berlaku. Tidak sedikit pun ia melanggar aturan yang ada ia menaatinya dengan sepenuh hatinya.
  Disuatu sore Daud dan ke lima sahabatnya yaitu Zayyid, Zaki, Malik, Ridwan dan Fikri tengah memurojaah hafalanya masing-masing, dengan kebiasan unik mereka yaitu menghafal diatas pohon jambu Pak kyai. Daud dengan 10 juznya, Zayyid dengan 8 juznya, Zaki dengan 15 juznya, malik dengan 6 juznya, Ridwan dengan 7 juznya dan Fikri dengan 5 juznya. Hafalan mereka berbeda-beda wajar halnya. Karena daya tangkap dan ingat seseorang itu berbeda-beda. Daud mampu menghafal 10 juz dalam waktu tiga bulan  dengan kemampuan itu ia dianggap sebagai salah satu santri yang cerdas.
Pekerjaan orang tua mereka pun berbeda-beda tapi itu tak menjadi masalah bagi persahabatan mereka. Daud yang ayahnya hanya seorang petani, Zayyid yang ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, Zaki yang ayahnya seorang buruh meski pun kini sudah tiada, Malik yang ayahnya adalah seorang guru  Ridwan yang ayahnya adalah seorang Ulama dan memiliki sebuah pondok pesantren dan Fikri yang ayahnya adalah seorang pemilik butik ternama di kotanya. Perbedaan itulah yang semakin mempererat persahabatan mereka.
“ Kita mesti nyari tempat menghafal yang baru lagi deh ” Ucap Fikri
“ Kenapa? ” Tanya Daud
“ Kita harus nyari tempat yang nyaman buat kita mengahafal biar ada kenangan baru lagi gitu ” Ucap Fikri
“ Betul ucap Fikri. Biar pas nanti kita udah gak mukim lagi disini kita punya banyak tempat favorit dan banyak kesan ” Setuju Ridwan
Mereka pun sepakat mencari tempat baru. Mereka saling berunding mengenai tata letak Pondok Pesantren Al-Falah itu.
“ Bagaimana kalo di sungai belakang? ” Usul Zaki
“ Ana sih setuju ” Ucap Malik
“ Kami juga setuju deh ” Ucap yang lainnya.
Esok harinya, Kelima sahabat Daud akan pergi ke sungai belakang untuk menghafal. Tetapi mereka kebingungan mencari Daud yang tidak ada dikamarnya. Terpaksa kelima sahabat Daud pun berpencar hendak mencari Daud.
  “ Sudah ketemu? ” Tanya Zaki dengan suara terpatah-patah
“ Belum Akhi ” Jawab Zayyid dengan nafas yang terputus-putus
“ Jangan-jangan Daud kabur nih! ” Ucap Ridwan panik
“ Ah masa ia Daud kabur ” Ucap Malik
“ Ia bisa jadi, soalnya kemarin Daud bilang dia ingin pulang ” Ujar Fikri dengan yakin
“ Ya sudah kita cari saja dulu nanti jika siang belum kembali kita lapor kepada Kang Ahmad! ” Ucap Zaki
“ Na’am Akhi ” Ucap Mereka serempak
Di tempat lain, angin pagi yang lembut tengah menyelimuti seorang santri yang tengah duduk melamun di pematang sawah dengan kaki terendam air sungai dan tangan kanan memegang Al-Quran dengan penuh ketakdiman. Ia memandang lepas dataran hijau yang terhampar luas dihadapannya bak samudra yang tiada tepi, yang tak lain adalah Daud. Ia tengah merenungi setiap ucapan yang Orang tuanya ucapakan dan memikirkan tentang mimpinya menjadi pengusaha yang mungkin takan pernah tercapai. Daud ingat pesan Abahnya yaitu           “ Jadilah manusia yang berguna dan bertanggung jawab atas amanah yang telah diberikan ”.
Di asrama kelima sahabat Daud terus mencari Daud yang entah ada dimana mereka khawatir kepada kondisi kesehatannya kerena Daud baru saja pulih dari sakitnya. Mereka khawatir jika Daud nekad untuk benar-benar kabur dari pesantren. “ Allahu akbar Allahu akbar ” Adzan Dzuhur sudah berkumandang mereka sepakat untuk mengakhiri pencariannya, mereka sepakat akan melapor kepada Kang Ahmad tentang hilangnya Daud setelah shalat Dzuhur, mereka pun bergegas mengambil alat shalatnya di kamar.
“ Allahu akbar Allahu akbar ” ketika terdengar adzan Daud pun langsung mengambil air wudhu di sungai itu dan bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah. Meskipun hatinya tengah gelisah ia takan pernah meninggalkan shalatnya karena ia ingat akan pesan yang disampaikan oleh Kyai Zaenudin “ Barang siapa yang meninggalkan shalat merugilah orang-orang tersebut. Dan bagi orang-orang yang sedang gelisah shalatlah karena dengan shalat hati akan tentram ” itulah ucapan Kyai Zaenudin yang dijadikan prinsip hidup oleh Daud. Meski pun ia sedang dalam keadaan apapun ia takan pernah meninggalkan shalatnya.
Dimasjid sahabat Daud shalat dibarisan ke tiga karena mereka terlambat untuk mendapatkan shaf pertama. Shalat telah selesai para santri pun melakukan kebiasaan yang sudah turun temurun dilakukan yaitu mushopahah atau bersalam-salaman. Dimulai dari barisan paling depan hingga barisan akhir.
“ DAUD!!! ” Ucap Ridwan terkejut
“ Dari mana saja kamu? Kami mengkhawatirkan keadaan mu ” Tanya Zaki
“ Kami kira akhi pulang ke Kediri ” Ujar Zayyid
“ Pulang? Masa iya ana pulang Kediri jauh loh mana ana gak punya uang lagi ” Ucap Daud dengan di hiasi senyum tipis yang memperlihatkan lesung pipinya.
“ Akhi nih bikin kami panik aja kirain beneran pulang kampung ” Ujar Malik
“ Hehehe.. Yaudah kita setor hafalan dulu aja yu ” Ajak Daud
Di kantor kepengurusan Kang Ahmad sibuk dengan laporan seorang santri putra yang memberitahukan bahwa seorang santri telah melanggar aturan pondok pesantren yaitu meroko. Kang Ahmad terkejut dengan laporan santri putra itu ia tak menyangka bahwa yang dilaporkan adalah salah satu santri yang baik dan belum pernah melanggar aturan pesantren.
Di masjid mereka menghadap para Kyainya untuk menyetorkan hafalannya masing-masing. Ternyata benar persahabatan itu indah apabila semuanya saling menghargai tanpa ada nafsu amarah dan iri dengki pada hati mereka. Persahabatan mereka terlahir murni dari hati mereka masing-masing sehingga semua berjalan dengan indah.
Setelah selesai menyetorkan hafalannya Daud dan kelima sahabatnya hendak menuju ke asramanya. Mereka asik berbincang-bincang tetapi ada sesuatu yang menjanggal ketika Daud dan sahabatnya hendak kembali ke asramanya setiap santri yang bertemu dengan mereka pasti memandangi Daud dengan tatapan yang sinis. Daud heran apakah ada yang salah dengan dirinya  Dia merasa ada sesuatu yang terjadi menyangkut dirinya.
“ Apakah ada yang salah dengan ku akhi ? ” tanya Daud kepada kelima temannya
“ Tidak ada yang salah dengan dirimu Akhi ” jawab Zayyid
“ Tapi aku merasa mereka memperhatikan ku terus ” timbal Daud
“ Mungkin itu hanya perasaanmu saja ” ucap Zaki
Padahal mereka semua merasakan keganjilan itu hanya saja mereka pura-pura tidak mengetahuinya agar Daud tak teralu merasa khawatir. Di tengah perjalanan ada seorang santri putra yang memanggil Daud.
“ Daud ” Ucap Santri itu
“ Na’am akhi ada apa? ” Tanya Daud
“ Akhi dipanggil Kang Ahmad. Akhi disuruh menghadap ke kantor kepengurusan sekarang ” Jawab santri itu
“ Oh…Na’am akhi ana akan kesana sekarang ” Ucap Daud kepada santri itu
“ Kalian duluan ke kamar nanti ana nyusul ” Ucap Daud kepada kelima sahabatnya
Mereka pun pergi menuju kamar dan Daud pun pergi menuju kantor kepengurusan hanya tinggal satu orang santri saja yang tersisa disana yaitu Salman,santri putra yang memanggil Daud tadi. Dikantor kepengurusan Daud tengah ditanyai oleh Kang Ahmad tentang sebuah laporan yang menyangkut namanya. Kang Ahmad dengan tenang menceritakan tentang masalah yang terjadi.
  “ Jadi begini saya memanggil akhi untuk dimintai keterangan tentang laporan yang ada kaitannya dengan akhi. Pagi hari akhi pergi kemana saja? ” Tanya Kang Ahmad tegas
“ Ana pergi kesungai belakang ”  Jawab Daud
“ Apa yang akhi lakukan disana? ” Tanya Kang Ahmad
“ Ana hanya sekedar mengisi waktu luang sembari menghafal  Kang “ Jawab Daud
“ Dengan siapa akhi pergi ke sungai? ” Tanya Kang Ahmad lagi
“ Ana sendiri Kang ” Jawab Daud
“ Ada yang melapor bahwa akhi meroko tadi pagi dan laporan itu baru masuk tadi siang sebelum shalat Dzuhur dan ana pun kurang percaya dengan laporan itu maka dari itu ana memanggil akhi kemari untuk menjelaskan semuanya ” Jelas Kang Ahmad
“ Demi Allah saya tidak meroko Kang ” Ujar Daud gemetar
“ Iya saya pun tidak percaya dengan laporan itu tetapi, berita ini sudah menyebar kepada seluruh santri, tadi pun selepas saya shalat Dzuhur banyak santri yang membicarakan akhi kepada saya. Sebelum saya tau para santri sudah lebih tau ” Jelas Kang Ahmad
Daud terdiam ia merasa fitnah ini sangat memalukan dan melukai hatinya ia merasa nama baiknya telah di injak-injak seseorang yang memfitnahnya. Daud keluar dari kantor kepengurusan dengan wajah yang lesuh dan hati yang berantakan . Jelas halnya jika Daud merasa fitnah itu begitu berat baginya karena aturan pesantren sangat melarang santrinya meroko.
Diasrama sahabat Daud tengah menanti Daud, mereka sangat khawatir dengan perasaan sahabatnya kini. Mereka tau apa yang terjadi dengan sahabatnya itu fitnah yang dituduhkan kepada sahabatnya itu memang sangat berat. Tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar Zaki pun membuka pintu ternyata yang mengetuk pintu adalah sahabatnya yaitu Daud. Daud datang dengan keadaan yang menyedihkan peci tak dipakai, rambut acak-acak wajah yang lesuh dan mata yang sembab. Begitu pintu di buka Daud langsung memeluk Zaki yang tengah berdiri dihadapannya.
  “ Apa kau baik-baik saja? ” Tanya Zaki dengan cemas
Daud tak menjawab ia menangis dengan tangan mendekap Al-Quran di dada. Kelima sahabatnya bingung harus melakukan apa karena bagi mereka musibah yang menimpa sahabatnya ini sangat serius. Mereka terus mencoba menenangkan hati sahabatnya itu. Segala cara telah dilakukan oleh mereka hingga mereka kehabisan cara untuk menghibur sahabatnya itu. Malam harinya Kang Ahmad menemui Daud yang tengah duduk di kasurnya, Kang Ahmad hanya ingin melihat kondisi santri yang begitu ia banggakan. Kang ahmad hanya memberikan sedikit nasehat agar Daud tidak larut dalam kesedihannya.
“La takhof walla tahzan innalaha ma’ana. Jangan bersedih, Sesungguhnya allah selalu bersama kita. Perbanyak istigfar jika kamu berada dalam kesulitan, Perbanyak berdoa kepada Allah dan mintalah kemudahan kepadanya. Seperti Pepatah mengatakan “ Innallaha ma’ashobirin ” Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar. Bersabarlah atas ujian yang telah Allah berikan karena Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan hambanya. ” Ujar Kang Ahmad
“ Jangan larut dalam kesedihan Daud masalah ini pasti akan cepat selesai dan aku percaya kau tidak salah ” Ucap Kang Ahmad sebelum keluar asrama.
Seketika itu Daud pun ingat akan pesan dari ibunya “Jangan larut dalam kesedihan duniawi, karena dunia hanya bersifat sementara dan segala sesuatu yang ada dibumi ini sudah Allah Ta’ala rencanakan dan kita selaku hamba tidak bisa menentang takdir itu ” Demikian pesan singkat yang ibunya berikan meskipun singkat namun begitu bermakna. Satu minggu sudah berlalu, kejadian itu masih membekas di ingatan Daud dan sahabatnya meski kini semua santri sudah seperti biasa lagi namun sebagian dari mereka masih ada yang menampakan tatapan tidak menyenangkan kepada Daud.
“ Ana masih penasaran dengan orang yang dengan beraninya memfitnahmu ” Ucar Malik kepada Daud
“ Ana pun sama, ana masih penasaran dengan orang itu apa maksud orang itu memfitnah mu. Demikian kejam fitnah itu ” Ucap Ridwan
“ Ana juga penasaran tapi harus bagaimana lagi ” Ucap Daud bingung
“ Kita tanya saja kepada Kang Ahmad ” Saran Zayyid
“ Ayo ” Setuju mereka
Di asrama lain seorang santri terlihat begitu bahagia, begitu bahagianya, ia bernama Farhan. Satu minggu berlalu fitnah tentang Daud yang berhasil menggegerkan hamper seluruh  santri membuat ia bahagia dan tak banyak dari mereka ada yang mau menjadi kawannya. Awalnya banyak santri yang membanggakan dirinya namun semenjak kedatangan Daud hampir seluruh santri membanggakan Daud karena Daud termasuk orang yang baik dan santun dalam segala hal.
Di kantor kepengurusan Kang Ahmad tengah berbincang-bincang dengan Daud dan sahabatnya. Mereka menanyakan tentang siapa yang melapor kepadanya dan apa maksud dari pelapor itu.
“ Kang saya hendak bertanya siapakah orang yang  melaporkan saya meroko kepada Kang Ahmad minggu lalu? ” Tanya Daud
“ Saya mendapat laporan dari Salman setelah saya suruh dia memanggil akhi ” Jawab Kang Ahmad
“ Oh … Baik terima kasih Kang, kami pamit dulu ” Ucap Daud
  Mereka pun berpencar hendak mencari Salman dan akan menanyainya tentang apa maksud dari laporan itu. Mereka penasaran apa maksud dari seseorang itu mengapa sedemikian kejamnya ia memfitnah.
“ Zaki sudah menemukan Salman sekarang mereka ada di halaman masjid” Ucap Fikri kepada Daud . Mereka pun pergi ke halaman masjid.
“ Mohon maaf ana mencari akhi bukan untuk apa-apa hanya saja ana ingin tau apa maksud dari fitnah yang akhi laporkan . Mungkin akhi tau bahwa fitnah itu lebih kejam dari pemunuhan dan pemiftah itu termasukorang yang munafik ” Ucap Daud dengan tenang
“ Mohon maaf kembali akhi ana bukan lari atau bersembunyi dari antum semua, saya melapor pun karena saya di suruh oleh….. ” Ujar Salman dengan gemetar
“ Siapa yang menyuruh akhi? ” Tanya Zayyid dengan nada kesal
“ Cepat beritahu kami siapa orang itu! ” Ucap Ridwan dengan geramnya
“ Saya disuruh oleh Guz Far…han… ” Jawab Salman dengan gemetarnya
“ Asstagfirullah ternyata Guz Farhan yang melakukan samua ini ” Ucap Daud dengan penuh ketidak percayaan.
“ Maafkan saya akhi, saya tidak bermaksud merusak nama baik akhi dan melukai hati akhi saya hanya diperintah apabila saya tidak melakukannya ayah saya yang bekerja kepada ayahnya akan ia keluarkan ” Lanjut Salman dengan air mata yang berlinang.
Farhan memang salah satu anak dewan Kyai di Pondok Pesantren Al-Falah yang terkenal dengan ke sombongannya, sifat Farhan itulah yang membuat santri kelas bawah menyeganinya, karena takut dengan ancamannya. Daud tidak membalas perbuatan Farhan ia hanya berdoa kepada Allah mohon ampun atas segala apa yang telah di lakukannya kepada Salman, ia menuduh Salmanlah yang melakukan semua itu.
Kejadian itu teringat selalu di memori ingatnya bahkan bertahun-tahun lamanya bahkan di memori sahabatnya. Tetapi berkat kesabarannya itu yang mendapat julukan “ Pria tangguh dan juga sabar” gelar yang diberikan oleh para santri yang salut dengan kesabarnnya itu dan juga ia selalu mendapat nilai Mummtaz untuk setiap ujian dan mampu menghafal Al-Quran dengan waktu yang terbilang cepat satu. Daud merasa perbuatan buruk orang lain kepadanya harus dibayar dengan kebaikan dan jalan yang baik pula.
Akhirnya Daud mampu membahagiakan kedua orang tuanya. Ia berhasil menjadi manusia yang berguna dan memiliki kesabaran yang besar seperti pesan Kyai Zaenudin “ Barang siapa yang bersabar dalam menjalankan ujian dari Allah Ta’ala akan Allah tinggikan Derajatnya dihadapan semua makluk ”
Angin senja dengan lembutnya menghampiri Daud yang tengah berdiri di antara dataran hijau luas memikirkan tentang kehidupan selanjutnya “ Akankah aku sanggup untuk menempuh kehidupan yang sesungguhnya? ” pertanyaan sederhana yang bergejolak dalam jiwanya.












Sekian pesan moral yang dapat disampaikan melalui cerita pendek ini semoga bermanfaat   Mohon maaf atas segala kesalahan karena kebenaran hanya milik Allah Ta’ala

Ciamis, 02 November 2018

      Penulis
       Lisda Siti Rahmawati

Komentar